Select Page

Perang Dunia II di Front Asia Tenggara antara tahun 1940 dan 1942 menandai fase kritis dalam konflik global ini. Jepang, dalam upayanya untuk memperluas kekaisarannya dan mengamankan sumber daya alam yang vital, melancarkan serangan besar-besaran di kawasan ini. Dimulai dengan invasi ke Thailand dan Malaya pada Desember 1941, pasukan Jepang dengan cepat bergerak melalui hutan dan jalan-jalan sempit, menggunakan taktik perang kilat yang efektif. Keberhasilan awal mereka juga didukung oleh superioritas udara dan kecepatan yang mengejutkan pasukan Sekutu.

Setelah menguasai Malaya, Jepang mengalihkan perhatiannya ke Singapura, benteng pertahanan utama Inggris di Asia Tenggara. Meskipun memiliki pertahanan yang kuat, Singapura jatuh ke tangan Jepang pada Februari 1942 setelah pengepungan singkat namun brutal. Penyerahan Singapura dianggap sebagai salah satu kekalahan terbesar dalam sejarah militer Inggris. Kejatuhan Singapura membuka jalan bagi Jepang untuk memperluas pengaruhnya lebih jauh ke selatan, termasuk invasi ke Hindia Belanda dan Filipina, memperkuat dominasi mereka di kawasan ini.

Pada periode yang sama, Jepang juga melancarkan serangan ke Burma, yang strategis bagi rencana mereka untuk memotong jalur pasokan Sekutu ke Cina. Pertempuran di Burma berlangsung sengit dengan medan yang sulit dan iklim yang keras, menantang baik pasukan Jepang maupun Sekutu. Meskipun mengalami perlawanan gigih dari pasukan Inggris dan Cina, Jepang berhasil menguasai sebagian besar wilayah Burma pada awal 1942. Keberhasilan mereka di Asia Tenggara menciptakan ancaman serius bagi dominasi Sekutu di Pasifik dan menandai puncak ekspansi kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II.

  • Penulis            : Pat Nigel
  • Penyunting     : L. Yudhapratama
  • Ukuran            : 14,8 x 21 cm
  • Halaman         : x + 348