Perang Dunia II di Front Samudra Hindia memainkan peran penting dalam strategi militer Sekutu dan Jepang. Pada awal konflik, Jepang berusaha memperluas kekuasaannya dan mengamankan rute-rute laut penting. Serangan terhadap Pearl Harbor pada Desember 1941 diikuti oleh serangkaian invasi ke wilayah-wilayah yang kaya akan sumber daya di Asia Tenggara, termasuk Malaya, Singapura, dan Hindia Belanda. Dengan menguasai wilayah-wilayah ini, Jepang berhasil menguasai sebagian besar Samudra Hindia, mengancam jalur komunikasi dan suplai Sekutu yang sangat penting.
Sekutu, khususnya Inggris dan Amerika Serikat, segera menyadari pentingnya menjaga kendali atas Samudra Hindia untuk mengamankan jalur suplai antara Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Pada awal 1942, Jepang melancarkan serangan terhadap Ceylon (Sri Lanka) dan pangkalan angkatan laut Inggris di Colombo dan Trincomalee. Meskipun Jepang berhasil menenggelamkan beberapa kapal Sekutu, termasuk kapal induk HMS Hermes, serangan ini tidak berhasil menghancurkan kekuatan angkatan laut Sekutu di wilayah tersebut. Sebaliknya, Sekutu memperkuat kehadiran mereka dengan mendirikan pangkalan-pangkalan baru dan memperkuat patroli laut untuk mengamankan rute suplai yang vital.
Menjelang akhir perang, kekuatan laut Jepang mulai melemah akibat kekalahan beruntun di berbagai front. Sekutu melancarkan operasi-operasi besar untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Jepang dan memutus jalur suplai mereka. Pertempuran sengit terjadi di Laut Andaman dan Teluk Bengal, di mana Sekutu berhasil menghancurkan kapal-kapal suplai Jepang dan melemahkan kemampuan logistik mereka. Pada akhirnya, dominasi Sekutu di Samudra Hindia berhasil dipulihkan, yang memainkan peran krusial dalam kemenangan mereka di Pasifik dan Asia Tenggara, mempercepat berakhirnya Perang Dunia II.
- Penulis : Pat Nigel
- Penyunting : L. Yudhapratama
- Ukuran : 14,8 x 21 cm
- Halaman : viii+164